JAKARTA– Menteri Kebudayaan Fadli Zon pada Selasa (12/11) siang melakukan kunjungan ke Pusat Perfilman H. Usmar Ismail (PPHUI) di Jakarta.

Dalam kunjungannya, Fadli Zon menyempatkan diri mampir ke ruang kantor Seksi Film & Kebudayaan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya, yang saat ini menjadi kantor sementara PWI Pusat, pada Rabu (13/11/2024).

Mengenakan batik biru dengan kacamata bulat khasnya, Fadli Zon disambut hangat oleh Ketua Dewan Penasihat PWI Pusat, Ilham Bintang, serta Ketua Panitia Hari Pers Nasional (HPN) 2025, Marthen Slamet Susanto, bersama sejumlah pengurus PWI Pusat lainnya, termasuk Marah Sakti Siregar.

Tokoh perfilman Deddy Mizwar yang kebetulan sedang berada di kantor PWI turut serta menyambut kedatangan sang menteri.

Dalam sambutannya, Ilham Bintang menjelaskan kepada Fadli Zon mengenai keberadaan kantor sementara PWI Pusat di PPHUI.

PWI Pusat terpaksa berkantor di PPHUI setelah kantor mereka di Gedung Dewan Pers dikosongkan akibat dualisme kepengurusan internal.

Saat ini, PWI Pusat di bawah kepemimpinan Zulmansyah Sekedang aktif berkantor di lokasi tersebut, termasuk untuk mempersiapkan perayaan Hari Pers Nasional (HPN) 2025 yang akan diselenggarakan di Riau.

Mengetahui bahwa PWI memiliki ruang kantor di lingkungan yang sama dengan organisasi perfilman, Fadli Zon sempat heran.

Ketua Yayasan PPHUI, Sonny Pudjisasono, menjelaskan bahwa sejak berdirinya PPHUI pada tahun 1975, PWI Seksi Film telah memiliki ruang di sana.

“Dulu, ketuanya adalah Bang Ilham Bintang,” ujar Sonny sambil mengantar Fadli Zon berkeliling ruangan.

Setelah mengunjungi kantor PWI, Fadli Zon menghadiri acara peringatan tiga tahun H. Usmar Ismail diakui sebagai Pahlawan Nasional dan Bapak Perfilman Nasional.

Acara tersebut juga memperingati penetapan Gedung Sinematek Usmar Ismail sebagai Objek Vital Nasional di bidang Kebudayaan dan Pariwisata yang telah berlangsung selama 16 tahun.

Dalam pidatonya, Fadli Zon menekankan pentingnya menjaga arsip film nasional sebagai bagian dari warisan budaya bangsa.

“Sinematek adalah harta karun yang harus kita lestarikan, karena di sini tersimpan puluhan ribu dokumentasi film nasional yang menjadi saksi sejarah perkembangan perfilman Indonesia,” ujar Fadli Zon.

Sinematek Usmar Ismail dikenal sebagai ruang arsip film terbesar di Asia Tenggara. Tempat ini menyimpan tidak hanya dokumentasi film, tetapi juga naskah skenario serta peralatan film yang memiliki nilai sejarah.

Peringatan tersebut dihadiri ratusan insan perfilman yang memadati Hall Usmar Ismail, termasuk putra dan putri almarhum H. Usmar Ismail.

Acara ini turut dihadiri tokoh-tokoh besar dalam industri perfilman Indonesia, seperti Raam Punjabi dan istrinya Raakee Punjabi, yang dikenal sebagai Raja Sinetron.

Hadir pula artis senior seperti Paramitha Rusady, Adi Bing Slamet, Iyut Bing Slamet, Yatie Octavia, Marcella Zalianty, dan Marini Zumarnis.

Selain itu, tampak pula para pimpinan organisasi perfilman seperti Ketua Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI) Deddy Mizwar, serta Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Sjafruddin.

Sebagai informasi, Usmar Ismail adalah tokoh yang sangat berpengaruh dalam sejarah perfilman Indonesia. Syuting hari pertama filmnya yang berjudul “Darah dan Doa” pada 30 Maret 1950 diabadikan sebagai Hari Film Nasional.

Selain dikenal sebagai Bapak Perfilman Indonesia, Usmar Ismail juga memiliki rekam jejak sebagai wartawan dan pernah menjabat sebagai Ketua Umum PWI Pusat pada periode 1946-1947.

Kunjungan Fadli Zon ke PPHUI dan peringatan tiga tahun pengakuan Usmar Ismail sebagai pahlawan nasional ini menegaskan komitmen pemerintah dalam mendukung industri perfilman Indonesia serta pentingnya pelestarian arsip sebagai bagian dari identitas budaya bangsa.

[**/ML]