Oleh: Mercys Charles Loho, Wartawan Senior Tuama Woloan
PRONEWSNUSANTARA- Sudah 25 tahun lebih, hubungan saya dengan Pa Ani Wenny Lumentut terjalin. Kami saling mengenal sejak zaman kami masih muda, bahkan bisa dibilang kami seperti sahabat yang berbagi banyak cerita. Tidak jarang, dalam perbincangan kami, muncul berbagai mimpi dan impian yang ingin diwujudkan untuk kebaikan bersama, terutama untuk masyarakat Woloan, tanah kelahiran saya.
Suatu hari, kami berbicara tentang potensi besar yang ada di Sulawesi Utara, khususnya di Woloan. Woloan, yang dikenal sebagai kampung adat dan budaya, memiliki kekayaan seni yang tak ternilai. Namun, pertanyaan besar yang muncul adalah, bagaimana kita bisa mengangkat potensi ini agar dapat memberi manfaat bagi masyarakat setempat, serta menarik perhatian dunia luar?
Sebagai langkah awal, saya mengusulkan kepada Pa Ani untuk memanfaatkan potensi Woloan sebagai pusat seni dan budaya. Mengapa tidak menjadikan Woloan sebagai tujuan wisata budaya yang tidak hanya melestarikan tradisi, tetapi juga menguntungkan masyarakat setempat? Kami mulai merencanakan pembentukan tim seni dan budaya yang akan berkolaborasi dengan empat kelurahan di Woloan.
Selain untuk melestarikan seni, ini juga akan membuka lapangan pekerjaan baru, tidak hanya bagi anak muda, tetapi juga bagi orang-orang yang telah pensiun atau tidak memiliki pekerjaan tetap.
Kegiatan seni dan budaya yang melibatkan masyarakat luas bisa menjadi sebuah pendorong ekonomi yang signifikan. Dari seni tari Maengket, Kawasaran, Kolintang, musik bambu, Mahzani, hingga festival Waruga yang dilakukan setahun sekali, semuanya memiliki potensi untuk menarik ribuan orang. Bahkan, dengan melibatkan sekolah-sekolah di Woloan, kami bisa menggerakkan lebih dari seribu orang setiap bulan dalam berbagai kegiatan seni dan budaya.
Pa Ani terlihat terkesima dengan gagasan ini. Saya memberikan gambaran konkret, berdasarkan data turis yang masuk ke Sulut. Pada tahun 2023, Sulawesi Utara menerima sekitar 90.471 turis asing dan 743.948 turis domestik, yang totalnya hampir mencapai 835.000 orang.
Jika hanya 30.000 dari mereka berkunjung ke Woloan untuk menikmati berbagai acara seni budaya, dengan tiket masuk dan belanja sekitar Rp100.000 per orang, kita bisa mendapatkan sekitar 30 miliar rupiah per tahun. Ini tentu menjadi sumber pendapatan yang luar biasa bagi masyarakat setempat.
Pa Ani, yang dikenal dengan pemikirannya yang tajam, menyadari betul potensi besar ini. Ia setuju bahwa Woloan bisa menjadi destinasi wisata yang menarik dan memiliki dampak besar bagi perekonomian lokal.
Namun, di balik semua potensi tersebut, Pa Ani juga mengingatkan tentang pentingnya menjaga dan melestarikan warisan budaya Woloan. Woloan bukan hanya sekadar kampung, melainkan tempat dengan jejak sejarah yang panjang, yang telah ada sejak abad ke-19. Bahkan, bukti-bukti peradaban manusia di Woloan, seperti Waruga (kubur batu) yang masih ada hingga kini, menjadi saksi bisu sejarah panjang masyarakat Tombulu.
Hal ini menjadi penting untuk kita, karena warisan budaya adalah sesuatu yang harus dijaga. Woloan adalah simbol peradaban, dan penting bagi kita semua, baik generasi muda maupun tua, untuk menjaga kelestariannya. Kebanggaan akan budaya Tombulu harus dipertahankan, meskipun ada segelintir orang yang kurang peduli terhadap nilai sejarah ini.
Pa Ani, dengan penuh semangat, menyarankan agar kita merencanakan Festival Wanua Woloan yang lebih besar. Ia berharap, dengan dukungan masyarakat dan pemerintah, festival ini dapat menjadi salah satu acara tahunan yang memikat wisatawan lokal maupun internasional. Dan tentunya, jika Tuhan berkenan dan masyarakat Woloan memberikan kepercayaan kepada Pena Michael Mait, festival ini akan menjadi kenyataan.
Saya pun tak kalah bersemangat. Kami berbicara tentang menciptakan paket wisata yang lebih menarik, seperti wisata pagi di Lokon dan Mahawu, wisata bunga di kaki Lokon, hingga menikmati keindahan Danau Linow di sore hari. Dengan berbagai tempat wisata dan kegiatan budaya yang ada, Woloan berpotensi menjadi destinasi wisata utama di Tomohon.
Dialog kami berakhir dengan optimisme dan semangat yang besar. Dengan kerja sama dan niat baik, saya yakin, Woloan bisa menjadi pusat seni dan budaya yang tak hanya bermanfaat bagi masyarakat setempat, tetapi juga bisa menarik perhatian dunia luar.
Seperti yang Pa Ani katakan, “Jika Tuhan berkenan dan masyarakat Woloan mempercayakan kita, kita akan mewujudkan Festival Wanua Woloan yang lebih besar dan lebih baik lagi.”
Saya percaya, dengan adanya dukungan dan keseriusan kita semua, mimpi besar ini akan menjadi kenyataan. Woloan akan menjadi kebanggaan kita bersama.
Tulisan ini saya buat dengan semangat untuk memperkenalkan dan menggali potensi budaya Woloan. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus melestarikan dan mengembangkan kekayaan budaya yang ada di sekitar kita.
[**/ML]