JAKARTA|ProNews.id – Pengurus Besar (PB) Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI) telah resmi merilis 14 nama pemain tim nasional (timnas) volleyball putra yang akan diterjunkan ke ajang Asian Games (AG) 2023 di Hangzhou, China.
Diantara 14 pevoli pilihan tersebut, terdapat satu atlet muda asal Sulawesi Utara yang sudah banyak kali berkiprah di kompetisi tingkat nasional, yakni Jasen Natanael Kilanta.
Pemain bernomor punggung 8 dengan posisi Setter (S) ini, bersama 13 rekan-rekannya, antara lain; No. Punggung 1. Cep Indra Agustin (Middle Blocker / MB), 3. Boy Arnes Arabi (Opposite Hitter / OP), 4. Hendra Kurniawan (MB), 6. M. Malizi (MB), 10. Fahri Septian Putratama (Outside Hitter / OH), 11. Akin Kurnia Sandi Akbar (OH) 13. Hernanda Zulfi (MB), 14. Farhan Halim (OH), 15. Dio Zulfikri (S), 17. Agil Angga Anggara (Opposite / OP), 19. Fahreza Rakha Abhinya (Libero / L), 20. Irpan (L), dan 21. Doni Haryono (OH), terpilih untuk tampil di even pesta olahraga terbesar se-Asia pada 23 September 2023 – 8 Oktober 2023 (penundaan dari tahun 2022) di Negeri Tirai Bambu Tiongkok.
Di AG 2023 nanti, Jasen dan kawan-kawan yang baru pulang dari turnamen Asian Volleyball Confederation (AVC) Men’s Championship 2023 dengan meraih peringkat 9 atau tertinggi dibandingkan sesama negara Asia Tenggara, akan bertarung bersama Jepang, Filipina, dan Afghanistan di Grup F.
Jepang akan jadi lawan terberat Indonesia, karena baru saja menjuarai AVC Men’s Championship 2023 di Iran dan merupakan negara tersukses di pentas voli putra Asian Games, dengan total raihan delapan medali emas (terakhir juara tahun 2010).
Peserta lainnya, yang bakal menjadi lawan Kilanta Cs bila lolos dari penyisihan grup, yaitu; Grup A (Tiongkok, Kirgizstan, dan Kazakhstan), B (Iran Nepal, dan Bahrain), C (Korea Selatan, India, dan Kamboja), D (Cina Taipei, Pakistan, dan Mongolia), dan E (Qatar, Thailand, dan Hong Kong).
Lalu, seperti apakah profil seorang Jasen Natanael Kilanta, bagaimana perjuangannya hingga menjadi pevoli nasional dan siap menjadi penerus Rendy Tamamilang mengharumkan nama Sulut di tingkat nasional dan internasional?
Dirangkum dari berbagai sumber, atlet berusia 24 tahun ini, adalah putra dari pasangan Nolvy Kilanta, SE., M.Si dan Liffiany Kasino, SE.Ak.
Sang ayah, ternyata seorang mantan pemain voli berposisi spiker andalan tim Sulut yang pernah menjadi juara nasional pada tahun 1991 di Samarinda.
Atlet kelahiran 20 Pebruari 1999 ini, mengawali karir sebagai pevoli pada tahun di klub Divens Koka, lalu bergabung dengan Bank SulutGo Manado.
Setelah itu, hijrah ke Tectona Bandung, hingga membawanya berlaga di Proliga.
Ia debut di Liga Profesional Bola Voli Indonesia tersebut, pada tahun 2016 bersama Jakarta Elektrik PLN, kemudian memperkuat Jakarta Pertamina Energy (JPE) pada tahun 2018-2020.
Bersama JPE yang dilatih Coach Pascal Wilmar, anak kedua dari 4 bersaudara ini, menggunakan kostum nomor punggung 19.
Selanjutnya, di tahun 2021/2022 pindah ke STIN Pasundan, dan menjadi Setter sekaligus kapten Jakarta Pertamina Pertamax dengan no. 8 di tahun 2022.
Lalu, ditahun 2022-2023, dirinya bergabung dengan Jakarta STIN BIN bersama Farhan Halim, dan sukses membawa tim merebut posisi 3.
Selain Proliga, ia juga berlaga di kompetisi Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua 2020, dan menjadi salah satu punggawa tim Jawa Barat yang berhasil meraih medali emas.
Jasen menjadi setter muda Indonesia yang mulai naik daun, setelah mampu tampil gemilang saat Livoli Divisi Utama 2022 dan berhasil membawa STIN Pasundan Bandung lolos ke babak final.
Meski memiliki tinggi badan hanya 183 cm, tapi jangkauan spikenya masih cukup tinggi, yakni mencapai 325 cm dan block 315 cm.
Kemampuan dia dalam memberikan umpan kepada rekan se-tim, memang tidak perlu diragukan lagi.
Bola yang diumpan oleh Natanael, kerap memanjakan rekannya yang lain, sehingga dengan mudah dimanfaatkan menjadi poin.
Pengalaman masuk timnas, mulai ia rasakan ketika dipanggil ikut ke turnamen South East Asian Volleyball League (SEA V League) 2023.
Sebenarnya, Kilanta sempat terpilih daftar skuad Timnas di AVC Challenge Cup 2023 Taiwan.
Sayangnya, kuota yang tersedia hanya 14 pemain, sehingga PBVSI memulangkannya bersama 3 pemain lainnya.
Menariknya, olahragawan berbadan atletis ini, punya kisah inspiratif nan penuh lika-liku hingga menjadi pevoli profesional dan akhirnya dipanggil memperkuat Timnas Indonesia.
Dirinya memutuskan menjadi pevoli profesional untuk memenuhi keinginan orangtua, sehingga ia tumbuh di bawah didikan sang ayah yang juga berstatus sebagai pevoli profesional.
Tim pertama yang diperkuat pemain berbakat ini, ialah Bandung Tectona.
Dimana, awal bergabungnya, karena ‘menggantikan’ sang kakak yang mengalami kecelakaan motor.
“Awal mula mengenal voli kan ceritanya bapak pemain voli, jadi dari kecil ikut bapak main voli, nonton, terus tertarik,” ungkap dia di YouTube Agung Seganti.
Sejak saat itu, Jasen Natanael muda mulai belajar olahraga bola voli.Baik melakui pelatihan ‘tipis-tipis’ yang dibimbing sang ayah, maupun mengikuti ekstrakulikuler di sekolah.
“Ceritanya dimulai saat masih kelas 2 SMA. Saat itu kakak yang lebih dulu bergabung dengan Tectona,” ujarnya.
“Saya ikut nganter pada saat itu, saat masih Bandung kakak ikut latihan. Namun, sebelum berangkat, kakak sempat kecelakaan motor,” lanjut dia.
Saat itu, Kilanta Jr. belum terpikir untuk mengikuti jejak sang kakak yang berlatih bersama Tectona.
“Jadi ikut sama cuma nonton saja, Subuh lihat kakak latihan. Selang satu minggu, luka bekas kakak kecelakaan mengalami infeksi.” imbuhnya.
Dari kondisi itu, ia dan sang kakak diminta pulang oleh sang Ibu.
Disinilah, lelaki yang sebelumnya hobi main basket ini, mengambil peran sang kakak yang duluan di gadang-gadang bisa menjadi pemain voli.
“Pas sudah di Manado, saya yang tergerak hati dan bilang ke bapak ‘pak ya udah biar yang ke Bandung (gabung Tectoca) Jasen saja’,” kenangnya.
Restu pun didapatkan dari kedua orangtua.
Namun, sebelum bergabung dengan Tectona, ia lebih dulu mendapatkan drill dari sang ayah selama satu tahun mengenai bagaimana cara bermain olahraga bola voli.
Diakui oleh Jasen, satu bulan menjalani pelatihan bersama Tectona membuatnya rindu akan keluarga.
“Jadi selama di Manado, Ibu ya khususnya, sangat perhatian ke Jasen. Jadi agak kontras selama di Bandung apa-apa harus sendiri,” terang dia.
Dari sinilah terbentuk karakter Natanael yang mencoba mandiri dengan segenap upaya memenuhi keinginan menjadi pevoli profesional.
Selama berlatih voli, pasang-surut performa maupun tekad sempat menghantamnya.
Beberapa kali bahkan, dia ingin menyudahi usaha menjadi pevoli.
“Sulit ya, pada tahun 2018 sempat berada di momen ‘sudah cukup untuk berhenti’. Karena memang jarang diberikan kepercayaan untuk tampil,” aku Kilanta.
“Pun pada tahun 2019 sebelum akhirnya banyak berdiskusi dengan mas Agung (Seganti). Kalau enggak, mungkin saya sudah berhenti,” tambahnya.
Namun, berbagai jalan terjal dan setiap tetes keringat selepas latihan yang dia hadapi, kini berbuah manis.
Impian setiap pevoli untuk masuk timnas, akhirnya busa didapatkan Jasen Natanael Kilanta.
(*/Rev)