WEDATENGAH|ProNews.id – Konflik antara pekerja tambang asal Sulawesi Utara dengan warga Makeang, yang terjadi pada Jumat (22/09) di Lelilef Waibulen, Kecamatan Weda Tengah, Kabupaten Halmahera Tengah (Halteng), Provinsi Maluku Utara (Malut), berakhir damai.
Kesepakatan damai dihasilkan melalui mediasi yang digelar Pemerintah Kec. Weda Tengah dan Kepolisian Resor (Polres) Kab. Halteng, dengan menghadirkan dua kelompok yang bertikai, Sabtu (23/09) di Kantor Camat Weda Tengah.
Mediasi dihadiri Camat Weda Tengah, Polilo, Kepala Seksi (Kasi) Hubungan Masyarakat (Humas) Polres Halteng, Ipda Ramli Soleman, Kepala Satuan (Kasat) Narkoba, Komandan Rayon Militer (Danramil), Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Weda Tengah, Kepala Desa (Kades) Lelilef Waibulen, Kades Sawai, serta Ketua Paguyuban Makayoa dan Ketua Paguyuban Manado.
Dalam pertemuan itu, Camat Weda Tengah mengingatkan kepada para ketua paguyuban, harus mampu mengendalikan dan mengakomodir anggotanya.
“Kami forkopimda Kecamatan Weda Tengah mengundang paguyuban untuk memberikan satu solusi, sehingga semua organisasi tidak bertindak di luar aturan. Kepada pengurus pagubuyan dan anggota, agar tidak lagi melakukan tindakan anarkis, mari kita menjaga silaturahmi antar suku, ras, agama, sehingga kita bisa hidup rukun dan kamtibmas aman dan terkendali,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Subsektor Weda Tengah, IPTU Gafur Ibrahim mengatakan, permasalahan kemarin sudah ditangani kepolisan.
Ia menegaskan, para terduga pelaku, juga telah diamankan.
“Jadi, tolong ketua paguyuban dan anggota masing-masing, jangan sampai terprovokasi dengan isu-isu yang berkembang, sehingga menimbulkan konflik. Tanggung jawab ketua paguyuban mampu mengendalikan dan mengontrol anggotanya, mari kita sama-sama jaga kamtibmas di wilayah Weda Tengah, baik dari kepolisian, pemerintah dan komunitas paguyuban,” paparnya.
Terpisah, Kasi Humas Polres Halteng menambahkan, pihaknya memberikan penugasan khusus 50 personel polisi untuk tetap stay menjaga kondisi dan mencegah konflik susulan di Weda Tengah.
Dia juga berharap, seluruh masyarakat tidak gampang terprovokasi dengan isu-isu yang gampang memicu konflik.
“Ini harapan saya untuk kebaikan kita bersama,” pungkas Ramli.
Dalam pertemuan itu juga, dilakukan penandatanganan perjanjian damai secara tertulis antara kedua kelompok, yang ditandatangani Ketua Makayoa Lingkar Tambang Ardi Mahdi dan Ketua Paguyuban Manado Agustinus.
“Perjanjian damai mengenai konflik yg terjadi kemarin antara Makeang dan manado baru selesai di tandangani oleh kedua belah pihak di kantor camat weda tengah🙏 jadi mohon for trg masyarakat sulut dimanapun berada. Nd usah mo ambe tindakan lebe, ndusah sebarkan informasi hoax, krna trg dsni so aman2. Inga jo pa trg masyarakat sulut yg ada di weda sini yg mencari nafkah for trg pe keluarga. Jgn cuma krna informasi2 hoax tentang konflik baru2 kong beking nd tenang trg dsni. Baku2 syg samua, baku2 bae samua, baku2 jaga samua, baku2 topang samua. Semoga trg samua yg merantau cari nafkah di halmahera tengah sini selalu dalam tuntunan dan lindungan Tuhan 🙏🙏🙏,” tulis seorang pekerja tambang asal Sulut di Weda melalui akun media sosial (medsos) nya.
Seperti diberitakan media ini sebelumnya, kericuhan pecah di daerah lingkar tambang Halmahera Tengah, Maluku Utara, tepatnya di Desa Lelilef Waibulen, Jumat (22/09) malam.
Kapolres Halteng melalui Kasi Humas IPDA Ramli Soleman mengatakan, kericuhan ini berawal dari pesta miras sekelompok pemuda di kosan milik Heri Mangadil.
Pemuda yang ikut pesta miras adalah Ricko, Jordan dan Ferli.
Tiba-tiba mereka didatangi Tio. Ia datang menanyakan kepada Ricko tentang kabar bahwa Ricko menceritakan kejelekan dirinya dan istrinya.
“Dan langsung menandukkan kepalanya ke bagian wajah Ricko, sehingga mengalami perdarahan di bagian hidung,” tutur Soleman, Sabtu (23/09).
Tak terima kejadian itu, teman-teman Ricko langsung mengeroyok Tio, hingga ia pun melarikan diri.
Selang beberapa waktu, istri Tio, Fatiah, mengumpulkan keluarganya.
Mereka lalu menuju ke tempat kejadian awal, sehingga pecahlah perkelahian antara dua kelompok tersebut.
Perkelahian itu, menyebabkan Samsir dari kelompok Tio mengalami luka tusukan di bagian perut.
“Tak lama kemudian, kelompok warga kerabat Samsir yang mendengar satu teman mereka mendapat tikaman dan luka sobek di bagian perut langsung melakukan sweeping dan pemukulan terhadap warga yang berasal dari daerah yang sama dengan Rocky di sekitar kos-kosan TKP hingga mengakibatkan konflik,” ungkap Soleman.
Dari kejadian tersebut, lanjut dia, tiga warga yang berasal satu daerah dengan Rocky mengalami luka bengkak di bagian wajah dan tubuh.
“Ketiganya, yakni, saudara Jemasi, Roi, dan Arnold,” bebernya.
Aparat gabungan langsung turun ke Tempat Kejadian Perkara (TKP), termasuk Kapolres, Dandim Weda, Wakapolres, Danki Brimob, dan Kabag Ops.
Bersama pemerintah desa, tokoh agama dan tokoh pemuda setempat, mereka melakukan komunikasi dengan kedua kelompok yang bertikai, agar membubarkan diri, dan tidak lagi main hakim sendiri.
Saat ini, kepolisian telah mengamankan empat orang yang terlibat sejak awal dalam insiden itu dan melakukan pemeriksaan korban dan saksi.
(*/Rev)