GARUT|ProNews.id – Jelang tahun politik 2024, Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas mengimbau masyarakat, agar tidak memilih pemimpin yang memecah belah umat.
“Harus dicek betul. Pernah nggak calon pemimpin kita, calon presiden kita ini, memecah-belah umat. Kalau pernah, jangan dipilih,” ujarnya saat menghadiri Tablig Akbar Idul Khotmi Nasional Thoriqoh Tijaniyah ke-231, Minggu (03/09) di Pondok Pesantren Az-Zawiyah, Tanjung Anom, Garut, Jawa Barat.
Ia juga meminta masyarakat tidak memilih calon pemimpin yang menggunakan agama sebagai alat politik untuk memperoleh kekuasaan.
“Agama seharusnya dapat melindungi kepentingan seluruh umat, masyarakat. Umat Islam diajarkan agar menebarkan Islam sebagai rahmat, rahmatan lil ‘alamin, rahmat untuk semesta alam. Bukan rahmatan lil islami, _tok_,” tukas Menag dalam Siaran Pers yang dilansir dari laman resmi Kemenag.
Karenanya, pemimpin yang ideal harus mampu menjadi rahmat bagi semua golongan.
“Kita lihat calon pemimpin kita ini pernah menggunakan agama sebagai alat untuk memenangkan kepentingannya atau tidak. Kalau pernah, jangan dipilih,” tegasnya lagi, di depan puluhan ribu peserta tablig akbar.
Disampaikan pula, pentingnya penelusuran rekam jejak saat menentukan calon pemimpin bangsa. Hal ini bertujuan, agar bangsa Indonesia memperoleh pemimpin yang amanah dan dapat mengemban tanggung jawab kemajuan negeri ini.
“Saya berpesan kepada seluruh ikhwan dan akhwat ini agar nanti ketika memilih para pemimpin, memilih calon pemimpin kita, calon presiden dan wakil presiden, kita, lihat betul rekam jejaknya,” seru Gus Men -sapaan akrabnya-.
Ia berharap, tarekat Tijaniyah dapat mengambil peran yang lebih besar menjelang tahun politik untuk mendamaikan umat.
“Yaitu bagaimana umat ini bisa tetap tenang, tetap teduh, tetap damai meskipun berbeda-beda dalam pilihannya. Tentu saya juga berharap tarekat Tijaniyah ini menjadi contoh, bagaimana memilih pemimpin yang baik, bagaimana memilih pemimpin yang benar-benar bisa dipercaya, bisa diberikan amanah untuk memimpin bangsa besar. Bangsa yang memiliki keragaman, bangsa yang memiliki banyak perbedaan, tetapi itu menjadi kekuatan kita,” tuturnya.
(*/Rev)