TOMOHON- Jumlah peserta parade kendaraan hias dalam ajang Tomohon International Flower Festival (TIFF) 2024 mengalami penurunan drastis dibandingkan tahun sebelumnya.

Dari target yang ditetapkan sebanyak 25 float, hanya 19 float yang mendaftar hingga penutupan pendaftaran pada Selasa (6/8/2024).

Menurut Kepala Dinas Pariwisata Kota Tomohon, Yudistira Siwu, penurunan jumlah peserta ini terjadi meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk menarik lebih banyak partisipan.

“Pendaftaran sudah ditutup, dan kami hanya mendapat 19 float,” ujarnya kepada wartawan.

Komposisi peserta tahun ini terdiri dari 2 kementerian, 6 BUMN, 1 BUMD, 2 lembaga, 3 negara perwakilan, dan 5 kabupaten/kota di Sulawesi Utara.

Ini berbanding terbalik dengan pelaksanaan TIFF 2023 yang berhasil mengumpulkan 27 float, termasuk 9 BUMN, 1 kementerian, 5 gabungan negara, 5 kabupaten/kota, 2 perwakilan negara, 1 BUMD, 1 kabupaten luar Sulut, 1 perusahaan swasta, dan 2 lainnya.

Penurunan jumlah peserta parade kendaraan hias ini tidak hanya berdampak pada penyelenggaraan acara, tetapi juga pada petani bunga lokal, terutama petani Krisan.

Sebanyak 400 ribu tangkai bunga Krisan yang telah ditanam khusus untuk acara ini kini terancam tidak terjual, mengingat penggunaan bunga untuk float dipastikan berkurang.

Hal ini menjadi sorotan masyarakat yang mengungkapkan bahwa situasi ini mengancam kesejahteraan petani bunga yang bergantung pada ajang TIFF sebagai salah satu sumber pendapatan utama mereka.

“TIFF, yang selama ini menjadi ikon pariwisata dan budaya Tomohon, menghadapi tantangan serius untuk mempertahankan daya tariknya di masa mendatang,” ujar Jemmy Supit, warga Kota Tomohon.

Dengan berkurangnya peserta TIFF 2024, dampak ekonominya mulai dirasakan oleh petani bunga yang mengandalkan festival ini sebagai pasar utama,” tambahnya.

Selain itu banyak juga masyarakat Tomohon yang berharap agar TIFF harus terus berkembang menjadi acara yang tidak hanya meriah dan menarik wisatawan, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi masyarakat Tomohon.

Hanya dengan demikian, festival bunga ini dapat kembali menjadi kebanggaan kota dan tetap mendukung ekonomi lokal dengan optimal,” harap mereka.

[**/ARP]